KEPRIBADIAN DAN SIKAP DALAM OLAHRAGA

                                          BAB I

                                 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

         Tujuan utama dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang perilaku. Sejak kepribadian merupakan sebuah abstraksi atau konstruksi hipotesis dari atau tentang perilaku (Martens,1975 di dalam buku Foundations of Sport And Exercise Psychology, edition karangan Weinberg), maka tidaklah mengejutkan bila secara historis kepribadian merupakan salah satu isu yang paling populer dan secara luas dibahas dalam psikologi olahraga.
         Pendidikan olahraga selama ini banyak dipandang sebelah mata, ternyata banyak nilai perilaku yang secara riil dapat diwujudkan apabila direncanakan secara sistematis. Dalam kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media hiburan, pengisi waktu luang, senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan meningkatkan derajat kesehatan. Secara fisik olahraga memang terbukti dapat mengurangi risiko terserang penyakit, meningkatkan kebugaran, memperkuat tulang, mengatur berat badan, dan mengembangkan keterampilan. Akan tetapi nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan karakter dan kepribadian masih kurang disadari/diperhatikan. Hal ini dapat dijumpai dengan maraknya kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, terjadinya degradasi lingkungan, radikalisme atas nama puritanisme dan otensitas agama. Moral karakter berhubungan erat dengan perilaku dan nilai-nilai yang dapat didefinisikan sebagai sikap yang konsisten untuk merespons situasi melalui ciri-ciri seperti kebaikan hati, kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, dan penghargaan kepada orang lain yang masih kurang, nilai-nilai yang lebih penting dalam konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan karakter dan kepribadian, masih kurang disadari dan ditanamkan. Kepribadian, sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan hakikatnya adalah agenda penting yang seharusnya ada dalam proses pendidikan. Sebab, dalam perspektif sejarah sudah sejak lama pendidikan jasmani dan olahraga dijadikan andalan sebagai wahana yang efektif untuk pembentukan watak, karakter, dan kepribadian. Bahkan pembentukan sifat kepemimpinan seseorang dapat dicapai juga melalui media ini (pendidikan). Untuk itu kajian olahraga secara potensial dan aktual dapat menjadi rujukan yang efektif bagi pembentukan watak kepribadian dan karakter masyarakat. Di samping itu juga dapat sebagai wahana pengembangan kualitas SDM yang sehat, mandiri/mampu bekerjasama, bertanggung jawab dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam percaturan internasional.
          Di dalam olahraga dikenal adanya istilahfair play. Dalam kode fair play tersebut terkandung makna bahwa setiap penyelenggaraan olahraga harus dijiwai oleh semangat kejujuran dan tunduk pada tata aturan, baik yang tersurat maupun tersirat. Setiap pertandingan harus menjunjung tinggi sportivitas, menghormati keputusan wasit/juri, serta menghargai lawan, baik saat bertanding maupun di luar arena pertandingan. Kemenangan dalam suatu pertandingan, meski penting, tetapi ada yang lebih penting lagi, yaitu menampilkan keterampilan terbaik dengan semangat persahabatan. Lawan bertanding sejatinya adalah juga kawan bermain. Tidaklah diragukan bahwa pendidikan olahraga adalah wahana yang sangat ampuh bagi persemaian karakter dan kepribadian anak bangsa apabila dikembangkan secara sistematis sekaligus merupakan topik yang menarik untuk di bahas dalam tugas makalah ini.

RUMUSAN MASALAH :
      Apa yang dimaksud dengan kepribadian dan sikap
Faktor-faktor pembentuk kepribadian dan sikap
Bagaimanakah pengaruh kepribadian dan sikap terhadap prestasi atlet
Bagaimanakah peranan olahraga dalam membentuk kepribadian dan sikap


TUJUAN :
       Untuk memahamidefenisi kepribadian dan sikap
Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk kepribadian dan sikap dalam olahraga
Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kepribadian dan sikap terhadap prestasi atlet
Untuk mengetahui peranan olahraga dalam membentuk kepribadian dan sikap

MANFAAT :
        Agar pendidik atau pelatih mampu memahami cara mengethui karakter peserta didik atau atlet.
Agar kita mampu memahami bagaimana  pengaruh olahraga terhadap  kepribadian dan sikap.
Agar kita mampu mengetahui peran olahraga dalam membentuk krakter




                                           BAB II

                                    PEMBAHASAN

Definisi kepribadian dan sikap

        Definisi personality yang dipaparkan oleh beberapa ahli yang lain dalam buku karangan Wrahatnala, Bondet (2009):
a. M.A.W. Brower
      Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
b. Koentjaraningrat
       Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
c. Theodore R. Newcomb
       Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
        Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang yang mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
Definisi sikap menurut beberapa ahli adalah sebaai berikut :
- Soetarno (1994)
Menurut Soetarno, sikap yaitu sebuah pandangan atau perasaan yang diikuti oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu, kembali lagi Soetarno membawa obyek sebagai hal utama untuk pengertian sikap.
- Syamsudin (1997:10)
Pengertian sikap yang dikemukakan menurut Syamsudin (1997: 10) adalah tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Interaksi tersebut terdapat proses saling merepon, saling mempengaruhi serta saling menyesuiakan diri dengan lingkungan sosial.
- La Pierre (dalam Azwar, 2003)
Selanjutnya ada La Pierre yang dikuti dalam Azwar tahun 2003. Mengemukakan pendapat bahwa sikap adalah suatu pola atau perilaku tendensi ataupun kesiapan untuk seseoran agar bisa menyesuaikan diri atau mungkin disebut sebagai adaptasi. Dimana adaptasi itu bisa dilakukan dengan cara rumit ataupun sederhana. Sikap juga bentuk respon dari stimulan sosial yang sudah terkondisikan.
        Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa sikap adalah kesediaan untuk merespon  secara konstan denan cara positif atau negatif terhadap objek atau situasi tertentu.
B. Faktor-faktor pembentuk kepribadian dan sikap
        Menurut F.G. Robbins, ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.

a. Sifat Dasar
         Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar tersebut terbentuk pada saat konsepsi, yaitu saat terjadi pembuahan benih. Sifat dasar yang masih merupakan potensi-potensi juga dipengaruhi oleh faktor lain.
  b. Lingkungan Prenatal
            Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. telur yang telah dibuahi tersebut berkembang menjadi embrio dalam lingkungan prenatal. Pada periode prenatal ini, individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh-pengaruh tersebut, antara lain sebagai berikut: 1) Struktur tubuh ibu (daerah panggul) merupakan kondisi yang memengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan.  2) Beberapa jenis penyakit, seperti halnya kanker, diabetes, hepatitis, dan aids yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan.  3) Gangguan endokrin yang dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anak.  4) Shock pada saat melahirkan dapat memengaruhi kondisi yang menyebabkan berbagai kelainan, seperti cerebral, palsy, dan lemah pikiran.  
c. Perbedaan Individual atau Perorangan
          Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi. Sejak dilahirkan oleh ibunya, anak akan tumbuh dan berkernbang sebagai individu yang unik, serta berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan-perbedaan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna mata, rambut, bentuk badan, serta ciri personal dan sosial.  
d. Lingkungan
        Situasi dan kondisi di sekitar individu yang memengaruhi proses sosialisasi dapat dibedakan atas lingkungan alam, lingkungan kebudayaan, serta lingkungan sosial.
         Lingkungan alam meliputi keadaan iklim, tanah, flora, fauna, dan sumber daya di sekitar individu.
Lingkungan kebudayaan meliputi cara hidup masarakat ym tempat individu itu hidup. Kebudayaan ini mepunyai aspek materiil (rumah, perlengkapan hidup, dan hasil-hasil teknologi lainnya) dan aspek nonmateriil (nilai-nilai pandangan hidup dan adat istiadat).
           Lingkungan sosial adalah pengaruh manusia lain dan masyarakat di sekitarnya dan dapat membatasi proses sosialisasi serta memberi stimulasi terhadap perkembangannya.
          Kondisi lingkungan tersebut memang tidak menentukan secara mutlak, tetapi membatasi dan  sosialis memengaruhi proses asi manusia. Selain itu, kita juga menolak kebenaran determinisme geografi dan determninisme ekonomi mengenai peranan kondisi geografi dan ekonomis terhadap proses sosialisasi individu.
 e. Motivasi
          Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkannya untuk berbuat ses dibedakan menjadi dua yakni dorongan dan kebutuhan.

1. Dorongan adalah keadaan tidak seimba dal individu karena am diri pengaruh dari ng dalam dan luar dirinya. Dorongan itu memengaruhi dan engarahkan perbuatan individu dalam mencapai adaptasi atau keseimbangan. Pada diri individu terdapat dorongan makan, minum, dan menghindarkan diri dari bahaya yang mengancamnya.
2. Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan secara personal, sosial, dan kultural. Kebutuhan-kebutuhan manusia yang penting, antara lain
kebutuhan bebas dari rasa takut,
kebutuhan bebas dari rasa bersalah;
kebutuhan untuk bersama dengan orang lain;
kebutuhan untuk berprestasi;
kebutuhan akan afeksi;
kebutuhan untuk turut serta mengambil keputusan mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut dirinya, kebutuhan akan kepastian ekonomis;
kebutuhan akan terintegrasinya sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.
         Melalui proses aksi, reaksi, dan interaksi maka kelima faktor yang menjadi dasar kepribadian manusia akan memengaruhi proses sosialisasi

C. Bagaimanakah pengaruh sikap dan kepribadian            terhadap prestasi atlet
Prestasi atlet sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan sikap atlet itu sendiri. Aldermen (1974) mengmukakan bahwa traits merupakan sifat kecenderungan yang khusus,sehingga menunjukan kecenderungan tabiat (watak) untuk bertindak dan berkelakuan dengan cara tertentu.
Sekalipun demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur ri dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.
Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.
         Urusan energi dan emosi begitu signifikan dampaknya bagi prestasi dan penampilan sang atlet, sementara kita tidak bisa mensterilkan atlet dari masalah yang datang dan pergi dalam kehidupannya. Namun jika ditelaah, rupanya menurut Nasution (2007) ada beberapa faktor yang menentukan mudah tidaknya seorang atlet terpengaruh oleh masalah.

1.      Berpikir positif
Bisa atau tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di lapangan. Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A atau B tidak terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah berusaha main sebaik mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment penting untuk meng up grade¬ kualitas diri dan permainannya. Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada permainan berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-hati dan cermat dalam proses, dan tidak grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor.
Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran energi dan tekanan yang tepat untuk menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa beragam, bisa kerja sama yang baik, performance yang optimum, atau pun kemenangan.
2.      Motivasi
         Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau kurang termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya juangnya juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang sang atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh, makin besar hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin kecil usahanya.
        Yang paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi iming-iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak pada keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan, bukan hanya saat bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun selama motivasi internalnya kuat, atlet tersebut mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa memperberat gerakannya.
3.      Sasaran yang jelas

         Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa melemahkan motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa musuhnya, sasarannya, medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan membuat sang atlet kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya pun tidak spesifik dan standar kualitas nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah.
4.      Pengendalian emosi
         Ketidakmampuan mengendalikan emosi bisa mengganggu konsentrasi dan keseimbangan fisiologis. Pengendalian emosi tidak bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi bagian dari kepribadian atlet. Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu proses untuk mengembangkan kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi, kalau atlet tersebut masih punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia lebih mudah terstimulasi oleh berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu kelakuan penonton / supporter, sikap pelatih, tindakan teman-temannya, dsb.

5.      Daya tahan terhadap stress
         Jika tingkat stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah ambang maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada level toleransi kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi.
6.      Rasa percaya diri
         Kurangnya rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet. Masalah yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya dirinya, meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi berkaitan dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya kurang baik, kurang sempurna, maka seruan "uuuuuu" penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya, meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi.
maka dari itu pelatih harus bisa memberikan masukan-masukan, motivasi atau pelatihan terhadap atlet agar atlet memiliki mental yan kuat.
7.      Daya konsentrasi
         Atlet yang punya kemampuan konsentrasi tinggi, cenderung mampu mempertahankan performance meski ada gangguan, interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah, maka ia mudah melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan maupun pertandingan.


8.      Kemampuan evaluasi diri
         Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam masalah dan kesalahan yang berulang.

9.      Minat
         Jika si atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya maka ia akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban.

10.    Kecerdasan (emosional dan intelektual)
         Kecerdasan emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang bijak atas peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi.
D. Peranan olahraga dalam membentuk kepribadian dan sikap
Pengaruh Olahraga terhadap Kepribadian
            Olahraga mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama, mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan. Pendek kata,olahraga akan membentuk manusia dengan kepribadian yang sehat. Ini relevan dengan pemikiran Baron Piere de Coubertin, penggagas Olympiade modern bahwa tujuan olahraga terletak pada fungsinya “as the unique school of moral perfection, and as the means for the acquisttion and formation and formation of strong personality, good character and noble sentimens, only men with these moral virtues can be useful member of society”
            Olahraga juga membina manusia menuju kesempurnaan seperti tercermin dalam motto. Citius,Altius,Fortius,telah diakui dunia sebagai Gerakan Olympiade (Olympic Movement). Citius,sesungguhnya tidak hanya diartikan sebagai lebih cepat atau tercepat, seperti terekam pada prestasi seorang atlet dalam berlari. Namun makna sesungguhnya menunjukkan kualitas mental seseorang yang mampu mengambil keputusan lebih cepat atau lebih cerdas. Makna altius,bukan dalam pengertian lebih tinggi atau tertinggi mencapai prestasi, misalnya lompat tinggi atau lompat galah dalam atletik, namun merujuk pada moral yang lebih luhur atau mulia.
            Beberapa hasil riset terkait dengan pengaruh aktivitas olahraga terhadap beberapa dimensi psikologis.
1.    Olahraga dan Konsep Diri (Self-concept)
Kebanyakan studi menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara keterlibatan dalam olahraga dengan perkembangan identitas remaja (Biddle, Salis,&Cavill,1998). Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat kepercayaan diri (self-confidence) yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak terlibat. Ketika para remaja terlibat dalam olahraga kompetitif, ternyata mereka juga menunjukkan konsep diri yang lebih positif dibanding mereka yang tidak terlibat dalam olahraga kompetitif (Brettscneider & Klimek,1998, Richartz & Brettscneider,1996). Konsep diri yang tampak positif tampak tidak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga sosial dan yang lebih surprise adalah pengaruhnya pada perkembangan intelektual.
2.      Kemampuan Mengatasi Stress (coping with stress)
Sebagaimana dimaklumi bahwa kehidupan remaja sangat rentan terhadap persoalan-persoalan psiko sosial, seperti godaan terhadap obat-obat terlarang, minuman keras, pergaulan bebas, dan penyakit sosial linya. Hasil studi membuktikan bahwa remaja yang terlibat dalam aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stressor dari lingkunganya (Brinkhoff,1998)
3.      Penyimpangan tingkah laku Remaja
Hasil studi Biddle, Sallis. & cavvill (1998) menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan tingkah lakunya lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak berpartisipasi dalam olahraga. Meskipun demikian dalam studi tersebut juga dikemukakan bahwa diantara beberapa cabang olahraga, mereka yang terjun dalam sepak bola kasus penggunaan obat-obat terlarang lebih tinggi dibandingkan cabang olahraga yang lain

.
4.      Integrasi Sosial
Umumnya anak-anak dan remaja yang tidak terlalu betah tinggal di institusi-institusi sosial seperti rumah, sekolah, tetangga dan tempat ibadah. Sebagian besar waktunya dicurahkan bersama teman dan kelompoknya, sehingga terkesan eksklusif. Kegiatan olahraga memberikan kesempatan yang baik bagi para remaja, baik pria dan waniita untuk terintegrasi dalam jaringan sosial dan mengembangkan kepercayaan sosial (social confidence). Studi yang dilakukan Brettscneider (1999) menunjukkan bahwa remaja umumnya membutuhkan interaksi dengan yang lain dan membutuhkan dukungan sosial, tidak saja dari kelompoknya melainkan juga dari








                                     BAB III

                       SARAN DAN KESIMPULAN

KESIMPULAN

        Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa olahraga mampu membentuk kepribadian dan sikap sesorang , melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian seseorang.
Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang.              Misalnya, dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya karna mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama, mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan.

SARAN
   
         Dalam berolahraga haruslah selalu ditanamkan jiwa sportivitas, bertanggung jawab, nilai-nilai kejujuran. keuletan, semangat baja, dan pantang menyerah ,karan,olahraga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai alat pembentukan karakter manusia, agar menjadi pribadi yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Alderman, (1974), Psychological Behavior in Sport,” W.B. sanders, company, philadelphia
http://dosenpsikologi.com/pengertian-sikap-menurut-para-ahli
http://cahyo186.blogspot.co.id/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo_29.html
http://dosenpsikologi.com/pengertian-sikap-menurut-para-ahli
http://cahyo186.blogspot.co.id/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo_29.html
http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-kepribadian-dan-faktor-pembentuknya.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARANA dan PRASARANA PENJAS

SARANA dan PRASARANA OLAHRAGA

PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA